Baca Pembahasan Resensi Novel: Pengertian dan Contoh !

Pengertian dan Contoh Resensi Novel Hafalan Sholat Delisa - Halo Halo Sobat, Kita berjumpa lagi dalam artikel yang akan membahasa resensi novel. Apakah yang dimaksud dengan resensi ? Bagaimana cara meresensi dan contoh resensi ? Nah, berikut ini adalah pembahasan lengkap tentang materi resensi novel. Baiklah, mari kita mulai pembahasannya !

Pengertian Resensi


Suroto (1989: 179) menjelaskan bahwa istilah resensi sering diganti dengan istilah “timbangan buku” atau “ pembicaraan buku”  ada lagi yang memberi istilah “bedah buku”. Dari istilah tersebut dapat dipahami bahwa meresensi adalah membicarakan atau mempertimbangkan, meninjau baik buruknya, penting tidaknya, kelebihan dan kelemahan sebuah buku. Tentu saja tinjauan tersebut dari segala segi, baik segi bahasa, tata urutan, penampilan, logika, bahkan mungkin sampai gambar sampul.

Adanya kegiatan membuat resensi novel bertujuan untuk membantu pembaca dalam menentukan pilihan apakah mereka perlu atau tidak membaca suatu buku. Itulah sebabnya dalam meresensi sebuah buku harus terdapat informasi yang sangat penting dari buku tersebut. Dari mulai tebal buku, judul, pengarang, penerbit, cetakan, ukuran kertas, dan isi buku itu sendiri. 



Contoh Resensi Novel Hafalan Solat Delisa


Pengertian dan Contoh Resensi Novel Hafalan Sholat Delisa Baca Pembahasan Resensi Novel: Pengertian dan Contoh !
Resensi Novel 

1. Identitas Novel 

Pengarang    : Tere-Liye
Penerbit               : Republika
Tahun Terbit  : 2008
Tebal Buku    : 266 halaman
Ukuran Buku   : 20. 5 x 13. 5 cm

2. Sinopis Novel 

Hafalan Sholat Delisa 

Di daerah Aceh tinggallah sebuah keluarga. Mereka adalah keluarga Abi Usan dan  Umi  Salamah . Mereka memiliki 4 orang puteri, yaitu Alisa Fatimah, si kembar Alisa Zahra dan Alisa Aisyah dan yang paling bungsu adalah Alisa Delisa.

Setiap subuh Umi Salamah selalu mengajak anak- anaknya sholat jama’ah. Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing. Delisa anak bungsi Uni sulit sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia dapat bangun lebih dahulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jama’ah Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat dengan keras agar Delisa dapat mengikuti bacaan sholat itu.

Delisa sedang berusaha menghafal bacaan sholat agar sempurna, agar dapat sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras agar dapat menghafal dengan baik. Delisa semakin semangat ketika Umi Salamah berjanji  memberikan hadiah kalung emas kepada anaknya  jika sudah bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.  Selain itu, Abi juga berjanji akan membelikan Delisa sepeda apabila ia dapat menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Namun, sebelum Delisa mampu menghafal bacaan sholat itu, Umi Salamah telah membelikan seuntai kalung dengan gantungan huruf D untuk Delisa. 

Hari itu tanggal 26 Desember 2004. Delisa bangun dengan semangat, sholat subuh dengan semangat, bacaannya pun nyaris sempurna kecuali bacaan ketika sujud. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Umi ikut mengantar Delisa ke sekolah, hari itu ramai ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah. Satu per satu anak maju praktik hafalan solat dan tiba giliran Delisa. Delisa ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusyuknya sholat Rasul dan sahabat- sahabatnya.
“Apabila kita khusyuk, maka pikiran akan selalu fokus atau pikirannya satu. ” Nah jadi kalian sholat harus khusyuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar tetap khusyuk solat.

Delisa pelan menyebut “ta’awudz”. Sedikit gemetar membaca “bismillah”. Dia pun mengangkat tangannya dan sedikit bergetar. Meskipun begitu suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. “Allahu Akbar”. Ketika Delisa bertakbiratul ihram, ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Kemudian persis di tengah lautan luas, tiba- tiba bencana gempa datang. 

Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat, Banda Aceh, Nias lebur seketika, disusul dengan Lhok Nga. Tepat ketika diujung kalimat Delisa mengucap “wa-ma-ma-ti” lantai sekolah bergetar hebat, atap sekolah berjatuhan, papan tulis terjatuh ke lantai, gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh dan pecah berserakan di lantai. Satu beling menggores tangan Delisa, menembus bajunya. Sementara itu, umi dan ibu-ibu berteriak di luar, anak-anak berhamburan berlarian keluar dari pintu sehingga situasi pada saat itu menjadi panik.

“Innashalati wanusuki wa-ma…wa-ma…wa-ma-yah-ya wa-ma-ma-ti…”
Delisa gemetar mengulang bacaannya tadi, ya Allah Delisa takut… Delisa gemetar. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman sahabat Rasul bahkan teteap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking? Untuk pertama kalinya ia sholat untuk pertama kalinya membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusyuk ya Allah…

Gelombang ombak tiba di sekolah dan ujung airnya menghantam tembok sekolah. Tembok itu pun hancur seketika. Ibu guru Nur berteriak panik, Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa berteriak keras… SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. 

Gelombang tsunami membanting tubuh kecil Delisa dengan keras dan membuatnya terluka. Delisa terus memaksakan diri membaca “i’tidal…” “al-la-hu-ak-bar…” Delisa harus terus membacanya! Saat tubuh Delisa mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudung robeknya dan mengikat Delisa yang pingsan ke atas papan sekencang-kencangnya. “Kau harus menyelesaikan hafalan itu sayang…!” Ibu Guru Nur berbisik sendu kepada Delisa, matanya meredup. Tenaganya sudah habis, Ibu Guru Nur bersiap dijemput kematian.

Minggu, 2 Januari 2005. Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tidak berdaya. Tubuhnya tersangkut di semak belukar, di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah. Smith seorang prajurit marinir AS berhasil menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar yang dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya berkemilau. Delisa segera dibawa ke Kapal Induk F Kennedy. 

Delisa dioperasi kaki kanannya diamputasi, siku kanannya di gips. Aisyah dan Zahra mayatnya sudah ditemukan sedang berpelukan, mayat Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi bertemu dengan Delisa.  Tiga minggu setelah Delisa dirawat di kapal induk akhirnya ia diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembal ke Lhok Nga, mereka tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. 

Hari-hari mereka diliputi oleh duka, tapi duka itu tidak mungkin didiamkan terlalu lama. Abi dan Delisa kemudain kembali pulang ke rumah mereka yang dibangun kembali dengan sangat sederhana.
Delisa kembali bermain bola, mengaji, dan anak-anak korban tsunami lainnya kembali belajar di sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. 

21 Mei 2005. Ubi mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit, hari itu Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Setelah sholat mereka belajar menggurat tulisan kaligrafi di atas pasir yang dibawanya menggunkan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan bukit, Delisa meminta ijin untuk mencuci tangan di sungai dekat dari situ.

Ketika ujung jemarinya menyentuh air sungai, seekor burung belibis terbang di atas kepala Delisa, memercikkan air dimukanya. Delisa terkejut dan menatap burung itu terbang menjauh. 
Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

Kemilau kuning, indah yang memantulkan cahaya matahari dan terjuntai di sebuah semak belukar. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tergantung dan terdapat huruf D disana. 
Delisa merasa mengenalinya, D untuk Delisa. Di atas semak belukar yang merah buahnya, kalung itu berada di genggaman tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka, putih, utuh. Bersandarkan semak belukar itu adalah jasad Umi Delisa. 


3. Nilai - nilai yang terkandung dalam novel :

A. Nilai Keagamaan

Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena di dalam cerita banyak menceritakan soal keagamaan, seperti solat dan semua anak- anak Umi dan Abi diharuskan melakukan ibadah dengan tepat waktu dan hafal bacaan solat.  Di daerah sana mengutamakan nilai- nilai keagamaan.

B. Nilai Budaya

Apabila anak- anak telah berhasil hafal bacaan solat dengan sempurna akan mendapat hadiah kalung emas.


4. Amanat 

Amanat yang dapat diambil dari erita novel ini yaitu :

a. jangan berputus asa dalam menjalani hidup.
b. tetap sabar dalam menghadapai cobaan dan terus belajar agar menjadi lebih baik.
c. terus dekatkan diri kepada Alloh.
d. saling menyayangi sesama manusia (keluarga).


5. Kelebihan :

Novel ini sangat bagus untuk dibaca semua kalangan, terutama anak-anak, remaja dan orang tua. Pesan tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi pembacanya. Melalui cerita, pembaca dapat mengambil pengalaman dan belajar ikhlas menerima cobaan dari Allah SWT. Bahasa yang digunakan dalam novel sangat sederhana,  menyentuh hati pembaca  dan mudah dipahami. 

6. Kelemahan :

Kelemahan dari novel ini yaitu tidak adanya sinopsis yang cerita dan novelnya tidak diselipkan gambar agar pembaca tidak bosan.





Nah, cukup sampai di sini pembahasan artikel kali ini mengenai resensi novel. Intinya, resensi novel adalah mengupas tuntas tentang hal - hal yang ada di novel tersebut, sehingga pembaca dapat tertarik dengan novel tersebut.

Sampai di sini perjumpaan kita kali ini, semoga artikel tentang pembahasan resensi dan contoh resensi novel ini dapat bermanfaat buat Sobat. Terimakasih telah berkunjung dan membaca. Sampai jumpa lagi pada artikel - artikel menarik lainnya. 

Belum ada Komentar untuk "Baca Pembahasan Resensi Novel: Pengertian dan Contoh !"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel